Dalam hal telekomunikasi, Indonesia pernah berhasil menggagalkan usaha menjadikan rakyat Indonesia menjadi sapi perahan alias monopoli. Seperti kejadian berikut ini.
* Dari monopoli negara Indonesia jatuh ke tangan monopoli negara
Singapura.
* Dari BUMN Indonesia jatuh ke tangan BUMN Singapura.
Kisah Monopoli Negara
Menteri Laksamana dan para pendukung divestasi Indosat dengan bersemangat berargumentasi bahwa salah satu tujuan privatisasi Indosat adalah untuk menciptakan "fair competitions" di bidang telekomunikasi, agara terbina perkembangan bisnis telekomunikasi yang terlepas dari jerat monopoli negara dan pemerintah demi terwujudnya pasar yang efektif dan efisien.
Atau dengan kata lain, mari kita hancurkan tembok monopoli bisnis telekomunikasi yang dikuasai pemerintah dan menyerahkannya kepada sistem pasar bebas yang kompetitif.
Akan tetapi ungkapan tersebut ternyata palsu dan bohong belaka karena tidak lebih dari argumentasi yang dibalut dengan logika idiot atau logika keledai mengingat :
* STT bersama SingTel adalah anak perusahaan yang bernaung dibawah perusahaan milik pemerintah Singapura, yakti Temasek Holding (Pte), Ltd.
* Dengan penetapan STT/ICL, sebagai pemenang tender divestasi Indosat, menjadikan perusahaan tersebut menguasai dan mengontrol bisnis selular Satelindo dan IM3.
* Singtel sebagai anak Temasek yang lain telah menguasai 35% saham penyelenggara selular Telkomsel, dengan demikian, mayoritas industri selular di Indonesia dikuasai Temasek Holding artinya Temasek telah memonopoli bisnis selular di Indonesia.
Penjelasan diatas menunjukkan bahwa pemerintah Meneg BUMN telah berupaya melepaskan bisnis telekomunikasi dari monopoli (penguasa dan pembinaan) negara dan pemerintah Indonesia dan dengan gembira menyerahkannya kepada kerangkeng monopoli negara dan pemerintah Singapura. Apakah perbuatan dan sikap ini tidak sama dengan logika
idiot atau logika keledai?
Hal ini juga telah melanggar larangan monopoli seperti yang digariskan Ps 28 Ayat (2) UU No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.
loading...
0 comments:
Post a Comment